Malam

Di waktu malam, menjadi waktu yang sempurna untuk mengeluarkan segala yang tidak terkeluarkan dalam pikiran. Malam menjadi waktu yang tepat untuk kembali bertanya dan berbicara dengan diri sendiri setelah dari pagi bahkan mungkin ditengah malam hari berbicara tentang hal yang bahkan diri sendiri ini tidak memahami, tidak menyakini. 

Seperti sebuah ucapan kepalsuan yang tidak timbul dalam. Kini diwaktu malam, saat yang tepat untuk melepas segala kepalsuan tentang cerita, teang kebohongan yanghendak diri ini tutupi bahkan pada diri sendiri. 

Diwaktu gelap, yang disebut malam , segala kepalsuan ini meluncur terlepas oleh kejujura hati. Susah, memang susah. Diri ini terlalu bebal untuk menyadarinya, untuk mengakuinya, untuk memunculkan kejujuran hati, untuk melepas dan membongkar setiap kebohongan atas diri sendiri atas segala keraguan ucapan yang tak diyakini. Diri ini terlau penakut untuk mengakuinya bahwa diri ini memang tetap pengecut dan bersembunyi dalam kebohongan yang diciptakan diri sendiri, dalam kepalsuan yang dibentuk oleh diri sendiri.

Malam, tetap sempurna untuk berkata pada diri bahwa diri ini penakut. Takut untuk keluar dari persembunyian kebohongan dan kepalsuan. Malam membawaku pada kejujuran, kejujuran yang ditutupi dibawah terangnya mentari. 

Malam beginilah malam, dan beginilah diri ini, tak ada apa apanya ditengah gelap malam, ditengah syahdunya malam, dihadapan penguasa malam, penguasa alam semesta, dengan gelap malam yang penuh tanya dan cerita tentang diri yang sebenarnya takut diri sendiri untuk mengakui, malam meski gelap, tapi menampakan segala kebohongan dan kepalsuan.