Membuat Bonus Demografi menghadirkan Perubahan dengan mengembangkan Kewirausahaan


Memasuki 2020, Indonesia berada pada era bonus demografi. Suatu kondisi dimana kaum muda usia produktif mendominasi jumlah penduduk. Mereka  memiliki waktu 15 hingga 20 tahun menguasai panggung produktifitasnya (Dwi Purnomo, 2020)

Pada pertengahan 2024 Badan Pusat Statistik mencatat penduduk Indonesia mencapai 281 juta jiwa. Dikutip dari data Asean Sekretariat pada tahun 2021, Indonesia menempati posisi pertama dalam hal jumlah penduduk di Asia Tenggara. Sedangkan di dunia berdasarkan data World Population Review tahun 2024 Indonesia menempati urutan keempat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Di urutan pertama ditempati oleh India, kedua China, ketiga Amerika Serikat dan keempat Indonesia. 

Dengan jumlah tersebut saat ini Indonesia mengalami bonus demografi yang terjadi sejak tahun 2015 dan diperkirakaan akan mencapai puncaknya pada retang tahun 2020-2035 (BPS; 2023). Hal ini tentunya akan berdampak terhadap Visi Indonesia Emas pada tahun 2045 jika dikelola dengan baik. 

Menurut Kang Dwi Indra Purnomo, Dosen FTIP Unpad dan juga penggerak wirausaha sosial kreatif menyebutkan dalam bukunya bahwa era ini (bonus demografi) akan berbalik arah menjadi kekacauan sosial jika usia produktif yang Indonesia miliki tidak menghasilkan energi pergerakan yang positif. Mereka sebaliknya akan menjadi beban jika hanya mengandalkan warisan yang diberikan oleh generasi sebelumnya. 

Lalu upaya apa yang bisa dilakukan agar bonus demografi tersebut menyumbangkan pergerakan positif? Salah satu upaya yang bisa dan tengah ditempuh adalah dengan mengembangkan kewirausahaan. 

Populasi wirausaha di Indonesia saat ini mencapai 3,1% saja dari jumlah penduduk Indonesia. Jika dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura yang mencapai 7% dan Malaysia 5%, Indonesia masih berada jauh di bawahnya (Dwi Purnomo, 2020).

Dan Berbicara kewirausahaan Kang Dwi melanjutkan dalam bukunya yang berjudul Jangan Lelah Berproses bahwa kewirausahaan bukan hanya bicara peningkatan ekonomi atau profit saja, melainkan memiliki peran untuk mendorong perkembangan Indonesia.

Ditengah kondisi Indonesia yang memiliki permasalahan yang kompleks seperti masalah pendidikan, sosial, politik, lingkungan dan juga ekonomi, diperlukan pendekatan yang signifikan untuk menjawab tantangan masa depan yang dihadapi. Salah satunya adalah dengan wirausaha sosial yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran, pemberdayaan yang berhubungan dengan kegiatan pembangunan (Dwi Indra Purnomo, 2020).

Kang Dwi menjelaskan bahwa dalam wirausaha sosial lebih mengutamakan dampak daripada income. Hal tersebut bisa memberikan dampak yang baik kepada masyarakat dan lingkungan yang bisa berkontribusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat.  

Orang-orang Indonesia merupakan orang yang kreatif. Dengan semangat kolaborasi Kang Dwi percaya bahwa hal tersebut akan memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Terlebih lagi dalam mewujudkan visi Indonesia Emas tahun 2045.

Tentunya hal tersebut bisa dapat diwujudkan jika bonus demografi yang ada dikelola dengan baik. Jangan sampai bonus demografi yang ada di Indonesia menjadi masa yang tak terkendali. Hingga akhirnya bukan memberikan dampak yang positif, malah menimbulkan 'bencana' atau kekacauan seperti yang Kang Dwi Purnomo sampaikan.

Mengarahkan bonus demografi untuk berperan dalam kewirausahaan sosial adalah salah satu cara dalam menjaga bonus demografi berada dalam jalur yang benar. Pemberaian wawasan dan pelatihan mengenai platform wiarausaha sosial perlu diberikan. Hal ini agar generasi yang masuk dalam bonus demografi paham dan bisa mengimplementasikan kewirasaan sosial yang berdampak bagi lingkungan. Hingga akhirnya permasalahan sosial dan lingkungan yang ada di msyarakat sedikit demi sedikit bisa terselesaikan oleh kontribusi gotong-royong generasi muda yang masuk dalam bonus demografi tersebut.