Catatan pagi hari; Pisang dan Ubi

Seni pagi (11/11) cuaca lebih mendung dari minggu. Saya duduk di teras sambil membuka catatan dan buku yang beberapa tahun ini tidak pernah selesai saya baca (mungkin belum seesai saya baca). 

Ditengah membaca saya menikmati pisang dan menunggu ubi yang sedang dikukus. Rasanya memang cocok sekai disuasana pagi yang mendung minum kopi ditemani ubi. Kopinya sudah saya buat ebih dulu, jadi tinggal ditemani kudapan lain.

Ubi matang, siap disantap, masih mengepul asapnya. Ditengah makan pisang tadi dan juga ubi saya kepikiran masa lalu. Dulu pernah saya melihat kakek saya kalau makan ubi. Kalau kakek saya makan ubi masih panas, biasanya kakek saya makannya sambil di cocol ikan teri jabrig yang kecil banget. Waktu itu saya pun mengikutinya. Katanya biar tidak sisiduen alias cegukan. Sekarang saya jadi kepikiran apakah ada penjelasan ilmiah tentang hal itu.

Nah balik lagi ke ubi. Sambil makan ubi saya juga kepikiran kalau ubi itu asalnya dari mana? Tapi katanya Ubi itu dimakan sejak dulu dan merupakan makanan pokok kelompok masyarakat atau orang tertentu. Dalam pikiran saya muncul pertanyaan apakah sampai sekarang ubi masih dijadikan makanan pokok oleh kelompok masayarakat atau suku-suku tertentu?

Pernah saya tahu waktu belajar di sekoah dasar, guru berkata kalau makanan pooko orang Madura adalah jagung, makanan orang Maluku adalah sagu, dan baru-baru saya tahu kaau ternyata di papua makanan pokoknya adaah sagu dan juga ubi serta kasbi. 

Pernah saya ketemu dengan beberapa orang di Papua, saya lihat ternyata saat ini mereka makan nasi. Sempat saya bertanya kepada mereka, apakah setiap hari makan sagu? mereka menjawab saat ini sagu hanya untuk hari-hari khusus atau untuk waktu tertentu saja. Tapi mungkin di daerah lain di Papua, masih ada yang mempertahankan sagu sebagai makanan pokonya.

Sempat juga saya bertanya sama mereka yang datang ke daerah saya "kamu sudah terbiasa makan nasi kah?" saya khawatir dia tidak terbiasa makan nasi, karena daerah dia berasal saya tahu makanan pokoknya adalah sagu. Tapi ternyata dia sudah terbiasa makan nasi dan nasi sudah menjadi makanan pokok sehari-hari. sepertinya memang saat ini banyak yang sudah berganti. Menjadikan nasi sebagai makanan pokok dari berbagai daerah di Indonesia.

Masih sambil menikmati ubi, muncul pertanyaan lagi pertanyaan lain yang berkaitan dengan kemajuan. jika dulu makan ubi dan sekarang tidak makan ubi untuk makanan pokok seperti berganti ke nasi apakah itu sebuah kemajuan?  Dan sebaliknya, jika dulu makan ubi dan sekarang tetap makan ubi itu adalah sebuah ketidakmajuan?

Aah pertanyaan macam apa ini. Ini pertanyaan yang muncul ketika saya melihat stigma perubahan yang terjadi saat ini. Kadang belum dikatakan maju kalau belum makan burger dan pizza. Termasuk belum bisa dikatakan maju kalau belum konsumsi pisang impor yang mulus sekali kalau kita lihat kulitnya. 

Nah pagi itu saya makan pisang untuk sarapan. Pisangnya bapak saya yang bawa. Berkat sepulang majelis tadi malam. Pisangnya di sini biasa disebut pisang yapan mirip sama pisang ambon. Rupanya biasa saja, kulitnya tidak semulus pisang cavendish tapi rasanya enak. Nah saya juga mau bertanya; apakah tidak mengkonsumsi pisang yang mulus kulitnya yang berasal dari luar negeri itu sebuah ketidakmajuan?

Dan apakah saya yang yang tetap menggunakan sarung lokal dengan topi songkok apakah itu juga ketidakmajuan? Atau apakah kelompok masyarakat yang mempertahankan nilai tradisional yang baik apakah sebuah ketidakmajuan?

Lalu apa itu kemajuan? Ah ini hanya catatan dipagi hari ketik saya menikmati pisang dan ubi.