ASEAN dan MEA-nya
Tulisan ini sebenarnya terinspirasi dari tulisan Dr. Dino Patti Djalal yang berjudul “Saatnya Merakyatkan Asean”. Kita tahu Asean yang dideklasarasikan oleh 5 orang tokoh dari perwakilan 5 negara Asia Tenggara ini berdiri pada tahun 1967 silam. Sampai saat ini Asean sudah mencapai usia kepala 5 dengan berbagai prestasi yang tidak kalah dengan organisasi regional dari belahan dunia lainnya.
Asean, hampir sebagian besar masyarakat Indonesia mengenal Asean, meski hanya kata Aseannya saja dan sedikit kerepotan untuk menjelaskan kepanjangannya. Dari bangku sekolah dasar istilah Asean sudah gandrung dilafalkan anak – anak dan Adam Malik beserta kawan – kawan dari ke-empat negara lainnya menjadi tokoh yang sentral dalam pembahasan.
Asean kini menjadi organiasi regional tersukses di dunia. Dan hal itu tentu merupakan hal yang membanggakan untuk masyarakat Indonesia karena kita merupakan bagian dari negara yang tergabung dengan Asean. Namun sebarap besar masryarakat Indonesia yang mengetahui manfaat dari Asean yang di dirikan ke lima diplomat tersebut?
Dekat – dekat ini Asean ramai dengan kesepakatan baru dalam Asean Community yang disebut dengan AEC, Asean Economic Community atau yang lebih akrab ditelinga kita dikenal sebagai MEA, Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Dari awal tahuan 2013-an ramai dibicarakan dalam diskusi atau seminar – seminar yang dilaksanakan di kampus – kampus yang membahas tentang kesepakatan Asean yang di sebut MEA ini. Mungkin diskusi – diskusi tentang MEA baru sekedar di kampus, atau dibeberapa forum organiasasi seperti HIPMI dan Kadin serta beberapa komunitas ekonomi lainnya. Dan sudah barang tentu yang mendapatkan informasi secara jelas mengenai MEA ini pun kemungkinan hanya sekitar kampus, KADIN dan HIPMI, itu pun tidak serta merta seluruhnya paham tentang seluk beluk MEA.
Asean yang sebagian besar dikenal masyarakat baru istilahnya. Dan MEA yang merupakan kesepakatan baru dari Asean memerlukan sosialiasi untuk diketahui seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya oleh elite kampus, elite ekonomi ataupun diplomat saja.
Meskipun bisa ditemukan beberapa bilboard besar tentang MEA, saya rasa itu hanya terlihat di beberapa kota besar saja, seperti di Jakarta. Dan itu pun pesan yang disimpaikan di dalamnya seperti yang disebutkan oleh Dr. Dino Patti Djalal “terlalu generik”.
Sempat saya mendengar salah satu guoynan pembicara dalam acara diskusi MEA di salah satu kampus, sipembicara yang meruapakan pejabat salah satu bank BUMN menceritkan pengalamannya ketika seipembicara berangkat kunjungan kerja ke Thailand, hampir di setiap sudut bandara, terdapat bilboard/baliho yang menampilkan pesan tentang MEA yang bertulisakan “Are you Ready to AEC?” dan ketika sipembicara pulang ke Indonesia, dia mengatakan di Indonesia di setiap jalanan terpasang spanduk dan baliho bertuliskan ‘pilihlah saya’ .
Itu mungkin sedkit gambaran tentang keseriusan pemerintah kita dalam mensosialisakan MEA kepada masyarakat, tentang kesepakatan Asean, MEA. Dan kalau kita telisik lebih jauh, jangankan MEA yang merupakan kesepakatan baru, ASEAN nya sendiri yang sudah berpuluh silam berdiri masih dianggap sebagai sesuatu yang dirasa hanya berhubungan dengan diplomat yang berkembang di pemerintah, besar di pemerintah begitu kata Dino Patti Djalal.
Kesepakatan Asean tentang Masyarakat Ekonomi Asean perlu disosialisaikan secara lebih jauh ke lapisan masyarakat, bukan hanya sekedar dikalangan diplomat, elite kampus, elite pemerintahan ataupun para pelaku elit ekonomi. Pelaku MEA adalah seluruh lapisan masyarakat Asean yang di dalamnya termasuk masyarakat Indonesia.
MEA bisa menjadi sebuah peluang yang sangat menarik bagi pelaku usaha maupun bagi mereka yang berburu lapangan pekerjaan profesinoal yang bukan hanya di Indonesia. Namun bisa menjadi sebuah jurang bagi yang tidak bersegera bersiap.
Ketika pemerintah berbicara tentang TPP, sebenarnya ASEAN merupakan pasar regional yang lebih logis dan menjanjikan ditengah gejolak dan ketidakpastian dunia internasional. Namun hal ini tidak akan bisa tercapai apabila tidak diketahui terlebih dahulu Role of The Game dalam MEA.
Satu hal lagi, MEA yang didalamnya terdapat pasar bebas bisa menjadikan tujuan pasar yang menarik bagi para pelaku usaha Indonesia. Yang perlu diperhatikan seberapa besar pertumbuhan wirausahawan di Indonesia , seberapa besar MEA ini bisa menstimulus terciptanya pelaku usaha baru dan sebarapa kuat daya saing para pelaku usaha di Indonesia. Tentu hal tersebut perlu diperhtikan baik dengan peran pemerintah maupun stakeholder terkait agar para pelaku usaha kita tidak terseret ke dalam pusaran arus pasar bebas karena minimnya kesiapan.
Bagi para pelaku usaha, MEA merupakan pasar yang potensial, jangkauannya bukan hanya lokal, namun regional, se- Asean. Namun perlu ditekankan kembali, kita terlebih dahulu harus mengetahui seluk beluk tentang MEA itu, point – point yang diperlu dipahami untuk memanfaatkan kesepakatan MEA tersebut dengan sebaik mungkin.
Selanjutnya salah satu yang menjadi tantangan para pelaku usaha maupun para pemburu pekerjaan profesional di pasar ASEAN adalah daya saing. Semakin luas pasar maka semakin besar persaingan, bukan hanya persaiangn antar produsen atau pencari kerja dengan kota tetangga tetapi juga dengan para pelaku usaha dan pencari kerja profesional dari 9 negara Asean lainnya.
Siap? Bukan masalah siapa tidak siap. Dan bukan masalah setuju atau tdka setuju dengan kesepakan tersebut. Meskipun masih ada pihak yang menyangkan kesepakatan tersebut dengan keadaan kesiapan Indonesia yang begini adanya.
Kebijakan tersebut sudah bertahun lalu ditetapkan dan dijalankan, negara anggota Asean lain sudah melesat dan bersegara memanfaatkan kesempatan dalam MEA. Kita saat ini jangan hanya bertanya siap atau tidak siap, setuju atau tidak setuju. tidak ada waktu lagi untuk berkata siap atu tidak siap, setuju atau tidak setuju, kita sudah masuk arena. Yang harus kita lakukan saat ini adalah bersegera.
Masih belum terlambat untuk mensosilisikan MEA secara mengakar rumput di Indonesia. Peran pemerintah beserta stakeholder lainnya sangat diperlukan untuk pemahaman masyarakat mengenai MEA. Jika kita masih dalam keadaan tidak siap dalam arena sangat dikhawatirkan kena knock out dan akhirnya KO sebelum ronde berakhir.
Gabung dalam percakapan